Monday 16 January 2012

SekilasPemikiran

Terlihat seorang pria yang berteriak-teriak keras setelah menyelesaikan urusan dengan costumer service salah satu bank pemerintah. Saat itu, ia berkunjung dengan seorang anak kecil [entah, anak atau cucu]. Terdengar, ia mengatakan "Bank apa ini! Bank B** Pelayanannya Jelek! ........" secara lantang dan kerasnya, hingga seluruh costumer yang datang mengalihkan pandangannya ke bapak tersebut. Entah, ada masalah apa, hingga akhirnya bapak tersebut marah-marah tanpa memperdulikan costumer yang lain. Yang pasti bapak tersebut marah-marah dikarenakan kurang puasnya dengan pelayanan yang diberikan oleh bank tersebut. Namun, apakah seseorang yang telah dikecewakan atau kesal akan perlakuan orang lain terhadap dirinya harus marah-marah, apalagi berteriak-teriak tanpa peduli dengan lingkungan sekitar.
Pria atau bapak tersebut ketika sudah merasa dikecewakan oleh pelayanan yang diberikan "mungkin" seharusnya dapat mengendalikan emosinya dengan cara mengungkapkan apa yang tidak diharapkannya kepada salah satu unit pelayanan bank disana. Selain membuat orang lain terganggu dan yang "melayaninya" [bagian customer servici malu], di sisi lain bapak tersebut juga mempermalukan dirinya sendiri. Semisal begini saja, ketika bapak tersebut berteriak-teriak dan marah-marah hingga semua pandangan terarah kepadanya, tetiba ada orang yang mengenalnya juga melihat (bisa dibayangkan betapa ia semakin malu atau mempermalukan diri sendiri). Tapi, mungkin orang seperti itu urat malunya sudah putus hingga ia juga tak tahu malu dengan apa yang ia lakukan. Tapi, terkadang banyak orang berfikir dengan marah-marah rasa kecewa dan kesal terhadap sesorang tersebut akan sirna. Bahkan banyak juga yang berfikiran supaya orang yang difikirkan membuatnya kesal dapat menginstropeksi dirinya sendiri. Apakah dengan sikap marah-marah dan kasar, seseorang yang difikirnya bersalah juga dapat menyadari kesalahannya? Ada juga malah mereka kesal dan marah akan sikap yang diberikan tanpa berfikir menginstropeksi diri atas perlakuan yang diperoleh dari orang-orang yang marah-marah.

Intinya:
Apakah ketika kecewa atau marah akan suatu hal atau orang harus diungkapkan dengan lantang. Jika memang ingin diungkapkan, semoga kita bisa mengungkapkan tanpa menyakiti hati orang tersebut dengan tutur kata yang selembut-lembutnya dan usahakan tidak ada orang lain yang ikut campur atau bahkan ikut serta memanas-manasi keadaan. Namun, jika benar-benar tak bisa melakukan dengan cara yang baik, bolehlah lebih baik diam seperti yang ajaran Rasul kita kan. Tidak hanya untuk pria, namun untuk wanita yang "seharusnya" terciptakan dengan hati yang lembut dan berperasaan tentu pastinya lebih peka. Semoga kita selalu diberi kesabaran untuk menjalani segalarute kehidupan ini. amiien :) 

No comments: