Thursday 3 August 2017

03-08-17

Bukan,
Bukannya terdapat   maksud dengan judul yang tertulis.  Tapi,  lebih tepatnya hanya mengiaskan sebuah waktu.  Waktu yang tak mungkin terkiaskan oleh apapun. Ia begitu kuat dan tak mau berjalan mundur. Dia selalu berfikir untuk maju maju dan maju. Tanpa pernah melihat buat berharap untuk memutarkan dirinya hingga banyak jiwa bisa memperbaiki dirinya. Benarkah?  Belum tentu, nyatanya saat jiwa diberikan kesempatan waktu lebih banyak kedepan tak pernah jua untuk berjuang memperbaiki jiwa. Apalaah arti saat ia dapat mundur sedangkan jiwa tak juga ikut lebih baik. Itulah cara ia berfikir.

Bintang pun tak pernah cemburu pada matahari, apalagi bulan. Dan matahari tak pernah menyombongkan diri bahwasanya ia adalah sebuah sumber pencahayaan yang kekal abadi tiada tertandingi. Tak pernah. Ia mengalah untuk separo hari menyinari sang bulan, agar ia juga nampak bersinar. Karena menyombongkan sesuatu yang ia miliki tak ada gunanya. Dia tahu, jika suatu saat ia akan terbit dari barat dan tenggelam di ufuk timur. Dan semua itu menandakan akhir dari kehidupan fana ini. Bintang yang berasal dari sebuah pecahan kaca-kaca meteor yang terbuang, namun dengan cantiknya terlihat sangat menawan diantara kegelapan. Tak sedikit jiwa menikmati kemenawanannya. Ia terlihat begitu menawan, karena ia yakin dibalik semua ketidaksempurnaan akan ada kebahagiaan yang tiada tara.

Sedangkan butiran debu ini hanyalah secercah kebahagiaan dari orang tersayang disekelillingnya. Namun selalu berharap untuk dapat menjadi kebahagian seutuhnya dan sebaliknya, baginya mereka adalah kebahagiaan seutuhnya. Debu yang bertebaran kadang membuat risih, kotor dan perih dimata. Namun,apa kah kau ingat? Cara mensucikan diri selain berwudu menggunakan air apa? Dengan debu bukan?  Ingat kah saat sejiwa terkena najis air liur salah satu makhluk ciptaan Tuhan?  Terdapat tahapan yang mengharuskan jiwa membersihkan dengan debu juga.  Saat kau dengan sombongnya menginjak debu, menghujat debu dan mengatakan tak ada guna. Di saat itulah jiwa jiwa yang lain benar-benar menghargainya.

Waktu,  disini

Bersamanya