Sunday 7 June 2015

Hati Malaikat

Lama tak bersua di dunia blog jingga ini. Hari minggu. Berawal ingin membeli makan dan ternyata di sore itu masih ada yang menjual degan. Kebetulan sejak tadi pengen beli air degan buat buang sial *eh. Hehe. Buat diminum dan semoga tambah sehat semuanya.  Dan, kebetulan lagi tempat tersebut sekarang juga berjualan bakso bakar. Makanan atau jajanan yang lagi ngehitz sekarang di kalangan anak muda.  Sekalian deh minta tolong si ibu penjual buat bakarin beberapa tusuk.
Beliau membuka warung degan dan bakso bakar di samping rumahnya yang menghadap jalan (agak) besar, jl. MH. Thamrin. Sepanjang menanti dan menunggu, perhatianku pada raut wajah ibu yang penuh dengan pikiran. Pastinya,  semua orang hidup pasti punya masalah sendiri-sendiri. Apalagi untuk seorang ibu. Kau tahu pasti. Kita dilahirkan dari rahimnya, rahim seorang wanita berhati malaikat. Tak ada seorang ibu pun yang tak menyayangi anaknya. Walaupun setiap ibu memiliki cara yang berbeda menyayangi anaknya. Karna, mungkin sebagian anak sering berkata atau berfikiran ibunya tak sayang pada dirinya. Yakinlah, bahwa ibumu sebenarnya sayang, tapi beliau memiliki cara masing-masing.  Di balik penat dan kerasnya hidup mereka jalani tanpa pernah mungkin kau tau apa yang sebenarnya terjadi. Ibumu kuat dan tegar bahkan tegas di depanmu. Tapi, di dalam hati kecilnya kaulah yang tersayang, tercinta,  dan tak kan ada yang bisa menggantikanmu. Jadi, apakah masih berfikiran ibumu tak sayang padamu?

Back to topic, kembali ke ibu penjual degan dan sokar. Raut wajahnya menyiratkan kelelahan. Gimana ga capek, beliau berjualan dari pagi hingga saat menjelang maghrib masing berjualan. Aku pun berfikiran dimana anak-anaknya. Hmm. Dulu waktu beli pernah melihat ibu itu punya anak cowok yang segede gambreng, bukannya bantuin malah minta duit waktu itu. Tapi, tadi terlihat anak kecil cowok sekitar umur 4 thn an yang lagi main dipinggir jalan dan kemudian meminta makan mie instan. Anak cewek sekitar 8 th an yang merengek entah mencari apa. Terlihat juga anaknya yg cewek sudah dewasa,  sudah bermakeup ria soalnya. Anak cowok yg segede gambreng juga terlihat. Dan mereka hanya berbicara pada ibunya sepintas, entah mau pergi kemana tanpa berpamitan cium tangan selayaknya seorang anak pada orang tuanya. Hmm, batinku pun mulai membanti, pikirku mulai berpikiran, dan perasaanku merasa kasihan. Perjuangan seorang ibu.Kenapa tak ada yang membantu ibunya. Dari membuka degan yang menggunakan arit dan mengipas sokar. Her self. Kemudian, ada anak cowok yang keluar, agaknya agak berbeda, dia agak membantu ibunya mencelupkan sokar dan membungkus, tp kemudian masuk lagi.  Sokar nya enak lho, coz dimasak pake sambel lombok asli. Sip be ge te pokoknya. Saat itu perbincangan dengan ibu tsb dimulai.
"pedes banget mbak?"
"inggih, pedes bu" (ga pake banget, soalnya takut ntar pedesnya ky sokar di manahan tp pake sambel kacang)
"Lombok sakmenten setengah kilo, mbak"
"inggih bu, sakniki lombok sekilo pinten?"
"sakniki murah mbak, mung rong puluh ewu"
"oo nggih, lah niku diulek kiyambak napa di blender bu?"
"diblender mb, tangane ra kuat kemenge, wis esuk awan meceli degan, engko sore ijik ngipeti bakaran" (you're strong woman)
"inggih nggih bu, emm... Putrane pinten bu?"
"enem mb, tapi sakarape dewe" (haduh.. Tuh kan. Anak lagi. Anak lagi. Padahal tadi aku ngitung 5 anaknya. Ternyata masih ada 1 yang belum terdeteksi)
Aku terdiam... Ibunya pun berkata lagi.
"Bocah mung do isohe ngatung kabeh, rung ngerti rekosone golek pangan".
Aku terdiam dan hanya bisa melontarkan pandangan iba. Binguqmau menjawab apa, sebenarnya banyak yang ingin dikatakan, tapi jika hanya menambah ibu lebih lelah dan penat buat apa. Semoga anak-anaknya bisa membahagiakan beliau. 
Perjuangan ibu itu berat. Udah dikandung dan dibawa kemana-mana selama 9bulan lebih. Dilahirkan dengan biaya yg ga sedikit.  Dirawat dengan biaya yang banyak. Dibesarkan, dididik, disayang, dll. Bisakah kita membahagiakannya? Semoga bisa. Amiin. Jikalau tidak bisa membahagiakannya, jangan membuat ibu/orang tua susah atau repot karna kita. Tapi twntu saja, alangkah baik kalo bisa membahagiakannya. Amiin.
Walaupun, banyak diluar sana ibu atau orang tua yang berkata enak ya punya anak pintar, enak ya punya anak yang kaya, enak ya punya anak yang berprofesi sebagai bla bla bla.. Tapi, ada orang tua yang berfikir dan mengutarakannya "PALING ENAK PUNYA ANAK YANG NURUT, GA NYUSAHIN ORANG TUA". Nah, i think its true. 
ILUMPF :*

No comments: